Prakiraan Harga Minyak Tahun 2022: Akankah Harga Tetap di Atas $100?
05:00, 31 March 2022

Dalam beberapa jam setelah Rusia memulai operasi militer yang telah lama ditakuti terhadap Ukraina pada tanggal 24 Februari, harga minyak mentah global melonjak hingga di atas $100 per barel (bbl), level tertinggi sejak tahun 2014.
Tolak ukur internasional, Brent mencapai $90 per barel pada akhir bulan Januari karena meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Ukraina dan keseluruhan ketatnya pasar. Pada saat itu, analis memproyeksikan harga minyak menuju $100 dan itu benar. Ketika invasi terjadi minggu lalu, peristiwa tersebut mengguncang pasar minyak dan meningkatkan ketidakpastian perihal persediaan.
Artikel ini akan membahas dampak perang Rusia-Ukraina dan faktor lainnya terhadap prospek harga minyak dan proyeksi harga minyak terbaru dari analis untuk tahun 2022.
Analisis Harga Minyak 2022: Perang Rusia-Ukraina Menyebabkan Harga Melonjak
Harga minyak mentah tetap berkinerja kuat pada tahun 2021 dan memasuki beberapa minggu pertama tahun 2022. Kontrak berjangka Brent melayang di sekitar $79 per barel selama awal bulan Januari, sementara kontrak berjangka minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS memimpin di sekitar $76 per barel.
Harga minyak terus naik karena ketatnya persediaan, dengan produksi yang berjuang untuk memenuhi permintaan yang disebabkan oleh pemulihan global pasca-pandemi. Selama awal tahun, pasar juga gelisah karena Rusia terus membangun kekuatannya di sepanjang perbatasan Ukraina.
Kontrak berjangka minyak mentah Brent melonjak ke $90 per barrel untuk pertama kalinya dalam enam tahun pada tanggal 26 Januari setelah berita bahwa AS dan sekutunya NATO mengusulkan sanksi jika Rusia menginvasi Ukraina. WTI juga naik pada hari yang sama, diperdagangkan lebih $87 per barel. WTI melewati ambang batas $90 pada tanggal 4 Februari.
Hanya empat minggu kemudian, pada tanggal 24 Februari, harga Brent naik ke $105.79 per barel, level tertingginya sejak tahun 2014 ketika pasukan Rusia menembus perbatasan Ukraina.
Analisis harga minyak menunjukkan bahwa Brent naik hampir 14,82%, dan WTI melonjak 17,21% pada bulan Januari saja. Kontrak berjangka Brent telah naik 25,97% tahun ini, sementara WTI naik 26,69%.
Kontrak berjangka Brent menyentuh $100,12 per barel di perdagangan Asia pada hari Senin 28 Februari. Akan tetapi, setelah berita bahwa Uni Eropa, AS dan sekutu mereka pada hari Minggu sepakat untuk menghapus beberapa bank Rusia dari sistem pembayaran internasional utama, SWIFT, harga turun menjadi $98,54 per barel.
Prakiraan Harga Minyak Mentah: Ketidakpastian Persediaan
Persediaan pasar minyak yang rendah terus berlanjut hingga tahun 2022 karena OPEC+ (Organisation of Petroleum Exporting Countries) secara konsisten gagal memenuhi target hasil produksinya. Lambatnya pertumbuhan produksi minyak bertepatan dengan permintaan global yang meningkat dengan pesat karena kekhawatiran mengenai varian Omicron Covid-19 mereda.
Laporan Badan Energi Internasional pada bulan Februari memprakirakan bahwa permintaan minyak global ditingkatkan sebanyak 3,2 juta barel per hari pada tahun ini untuk mencapai 100,6 juta barel per hari karena pembatasan Covid berkurang.
Ketidaksesuaian penawaran-permintaan telah mengakibatkan penarikan terus menerus pada persediaan global. Menurut prakiraan jangka pendek Badan Informasi Energi AS pada tanggal 3 Februari, persediaan minyak global rata-rata 1,8 juta barel per hari dari kuartal ketiga tahun 2020 hingga akhir tahun 2021.
Konflik antara Rusia dan Ukraina meningkatkan kekhawatiran akan gangguan persediaan dari Rusia, produsen minyak terbesar ketiga di dunia.
Daniel Hynes dan Soni Kumari, commodity strategist di ANZ Research, mengatakan dalam sebuah catatan pada tanggal 24 Februari bahwa krisis Rusia-Ukraina sudah terjadi saat persediaan telah berkurang tajam karena pengurangan produksi OPEC+ hampir 8 juta barel per hari. Pengurangan itu sebagai tanggapan terhadap permintaan yang lemah selama pandemi.
Situasi saat ini kontras dengan pasar yang kelebihan persediaan selama perang Irak pada tahun 2003-2004 dan Perang Teluk pada awal tahun 1990-an.
Krisis Rusia-Ukraina bukan satu-satunya sumber ketidakpastian persediaan. Pembahasan untuk membawa kembali kesepakatan nuklir tahun 2015 antara Iran dan negara-negara besar dunia yang telah berlangsung sejak bulan November tahun lalu, mungkin penting untuk mengamankan persediaan tambahan karena mereka dapat mencabut sanksi terhadap Iran dan minyaknya.
Risiko Sanksi Terhadap Ekspor Minyak Rusia
Sejauh ini tidak ada tanda-tanda gangguan persediaan di Rusia setelah invasi, tetapi harga melonjak karena ekspektasi sanksi dapat memangkas ekspor minyaknya.
Namun, beberapa analis percaya sanksi semacam itu tidak mungkin terjadi, mengingat peran signifikan yang dimainkan negara itu dalam persediaan energi global. Reuters telah melaporkan pejabat AS dengan mengatakan bahwa sanksi terhadap ekonomi Rusia tidak akan menargetkan ekspor energi negara itu.
Menurut analis dari ANZ Research, salah satu alasan optimisme seperti itu adalah setelah bertahun-tahun investasi kurang dimanfaatkan dan dikurangi, OPEC sudah berjuang untuk memenuhi peningkatan hasil produksi bulanan sebanyak 400.000 barel per hari yang disepakati pada bulan Juli 2021. Menanggung kekurangan yang disebabkan oleh sanksi terhadap Rusia akan menjadi perjuangan yang sesungguhnya.
Hynes dan Kumari memperhitungkan bahwa OPEC gagal memenuhi ekspektasi lebih dari tiga juta barel per hari sejak kesepakatan OPEC+ pada bulan Juli lalu.
Selain itu, bank sentral dan pemerintah di seluruh dunia memerangi inflasi yang sebagian disebabkan oleh naiknya harga bensin. Pada bulan November tahun lalu, AS dan beberapa negara konsumen minyak utama sepakat untuk melepaskan cadangan minyak strategis mereka dengan bertahap sebagai bagian langkah untuk mengurangi harga. Sanksi apa pun terhadap Rusia bisa menyebabkan biaya energi melonjak lebih lanjut.
Rusia mengekspor 7,8 juta barel minyak per hari pada tahun 2021, yang mana minyak mentah dan kondensat menyumbang sebanyak 64%, menurut data IEA. Produk minyak, termasuk gasoil, bahan bakar minyak dan bahan bakar jet merupakan sisa 36%nya.
Perusahaan konsultan, Wood Mackenzie, melihat perlambatan dalam pembelian minyak mentah Rusia, tetapi tidak mengharapkan hal tersebut bertahan lama. Menurut data perusahaan, sekitar setengah dari 4,6 juta barel ekspor minyak mentah Rusia ke Barat.
Namun, keputusan oleh Barat untuk menghapus beberapa bank Rusia dari SWIFT pada hari Minggu telah membarui kekhawatiran akan sanksi lebih lanjut terhadap Rusia.
Prakiraan Harga Minyak Tahun 2022: Pandangan Analis
Dikarenakan krisis Rusia-Ukraina masih berkembang, para analis berhati-hati perihal ekspektasi mereka untuk harga minyak.
"Pada titik ini, tidak ada faktor lain yang akan membawa banyaknya beban psikologis untuk mengimbangi dampak agresi Rusia di Ukraina. Maka dari itu, sentimen pasar akan tetap bullish,” ujar Osama Rizvi, seorang analis energi dan analis ekonomi di Primary Vision Network kepada Capital.com
Prediksi harga barel minyak akan tergantung pada situasi dengan konflik Rusia-Ukraina dan hasil pembahasan nuklir Iran, ujarnya.
UBS menyediakan dua skenario untuk prakiraan harga minyak Brent. Skenario baiknya memiliki target harga minyak mentah Brent sebesar $115 hingga $130 per barel pada bulan Desember 2022.
Skenario buruknya, UBS mengharapkan Brent akan turun kembali ke sekitar $60–$85 per barel pada bulan Desember 2022. Bank investasi mengutip beberapa risiko penurunan, termasuk kelanjutan gejolak Covid-19 yang dapat menyebabkan pembatasan baru yang akan membebani pemulihan permintaan minyak. Penurunan pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada tahun 2022 dan aliansi OPEC+ yang mengembalikan produksi terlalu cepat juga menjadi faktor dalam prakiraan ini.
Prakiraan minyak mentah Brent dari ANZ Research adalah rata-rata $86,80 per barel, naik dari $71,10 pada tahun 2021. Menurut prakiraannya untuk WTI, minyak mentah AS bisa berada di rata-rata $83,90 per barel pada tahun 2022, naik dari $68,20 per barel pada tahun 2021.
Prakiraan Harga Minyak Untuk Jangka Panjang: Target Untuk Tahun 2023, 2025 dan 2030
Prediksi harga minyak dari Rystad Energy di masa mendatang, menunjukkan tekanan terhadap harga turun pada tahun 2023 karena persediaan dan permintaan seimbang. Namun, ada risiko yang naik jika eskalasi harga saat ini berlangsung lebih lama dari yang diantisipasi.
“Kami melihat kenaikan harga pada tahun 2024, tetapi ketika kami mendekati puncak permintaan minyak pada tahun 2025, maka kami dapat melihat kembali pasar yang kelebihan persediaa,” ujar tim Oil Market dari Rystad Energy kepada Capital.com.
Berdasarkan prakiraan dari ANZ Research, Brent diperdagangkan di rata-rata sebesar $86,20 per barel pada tahun 2023, sedikit turun dari prakiraan sebesar $86,80 per barel untuk tahun 2022. WTI diprediksi akan naik ke $85,10 pada tahun 2023, dibandingkan dengan prakiraan sebesar $83,90 per barel tahun ini.
Menurut Energy Outlook 2021 dari EIA, Brent bisa memiliki harga nominal sebesar $66 per barel pada tahun 2025, sedangkan minyak mentah WTI dapat diperdagangkan di $64 per barel. Prakiraan harga minyak dari organisasi ini untuk tahun 2030 menetapkan harga di rata-rata sebesar $89 per barel untuk Brent dan $86 per barel untuk tolak ukur WTI.
Ketika mencari prediksi harga minyak, penting untuk diingat bahwa prakiraan analis bisa salah. Hal ini karena proyeksi mereka berdasarkan pada studi fundamental dan teknis dari pergerakkan harga historis komoditas minyak WTI dan Brent. Akan tetapi, kinerja masa lalu bukanlah jaminan return di masa depan.
Penting untuk melakukan riset pribadi dan selalu ingat bahwa keputusan Anda untuk melakukan trade bergantung pada bagaimana Anda menyikapi berbagai risiko yang mungkin muncul, keahlian Anda di pasar kripto, penyebaran portofolio investasi Anda, dan seberapa nyaman Anda dalam menghadapi resiko kehilangan uang. Jangan menginvestasikan uang yang Anda tidak mampu kehilangannya.
FAQ
Apakah minyak mentah merupakan investasi yang bagus?
Berinvestasi dalam minyak memiliki risiko, dan tidak ada jaminan kesuksesan finansial. Invasi Rusia ke Ukraina telah menaikkan harga minyak di atas $100. Namun, kutipan analis dalam artikel ini tetap berhati-hati mengenai prospek harga mereka karena volatilitas komoditas yang disebabkan oleh krisis saat ini. Apakah minyak merupakan investasi yang cocok untuk portofolio Anda, tergantung pada keadaan dan toleransi risiko pribadi Anda. Seperti biasa, Anda harus melakukan penelitian Anda sendiri dan mengevaluasi tingkat risiko yang siap Anda ambil sebelum membuat keputusan investasi apa pun.
Akankah harga minyak naik atau tidak?
Analis dalam artikel ini mempertahankan prospek yang berhati-hati untuk harga minyak karena volatilitas yang dipicu oleh krisis Rusia-Ukraina. Osama Rizvi dari Primary Vision Network memprakirakan harga minyak mentah bisa jatuh ke $80 per barel jika perang Rusia-Ukraina mereda dan pembahasan nuklir Iran berhasil. Namun demikian, jika ketegangan terus meningkat, tidak ada batasan untuk keadaan sebaliknya.
Akankah minyak naik lebih $105 per barel?
Uraian pandangan analis di atas menunjukkan hal itu akan tergantung pada bagaimana krisis Rusia-Ukraina berjalan dan hasil negosiasi untuk membawa kembali kesepakatan nuklir tahun 2015 antara Iran dan negara-negara besar.
Related topics